Minggu, 12 Agustus 2012

apalah arti

APALAH ARTI (cerpen copas) ver. IC


Mata Dea membelalak. Mulutnya celangap lebar. Saking lebarnya, nyaris aja seekor lalat hijau yang tersesat nyelonong masuk. Untung tangan kanan Dea sigap mengusirnya.

“Hah? Jadi, udah setua ini elo belum pernah di kiss cowok? Emangnya, elo ngapain aja kalo pacaran sama si Rio? “ tanya Dea, heran ketika Ify, sohibnya menanyakan gimana rasanya di kiss cowok.
“Ngobrol, diskusi about everything, makan bareng, nonton and kalo lagi ada pameran buku, kita suka hunting buku-buku murah tapi bermutu, “ jawab Ify kalem.

“Yaaaa….itu sih gaya pacaran jadul,! Mana seru? Lagian, si Rio kok pasif amat sih? Seharusnya sebagai cowok, dia lebih agresif sedikit. Masa, cewek secakep elo dianggurin gitu aja? Apa dia nggak tergoda buat nge-kiss elo sekaliii aja?” cerocos Dea penasaran.

“Mmm….anu…mmm…sebenarnya sih, Rio pernah nge-kiss gue. Tapi, di sini…” Ify menunjuk pipinya yang mendadak bersemu dadu. Terbayang dibenaknya saat pertama kali Rio nyolong cium pipinya. Rasanya, dunia jadi indaaaah banget! Hati meleleh, wajah menghangat, tangan dan kaki panas dingin. And, malunyaaaa….ampun deh! Sungguh suatu moment yang gak akan terlupakan.

“Aduh, si non ini! Kalo cuma di pipi mah biasa. Si alvin aja suka nyium pipi gue. Yang gue maksud tuh, di situ!” dea menunjuk bibir mungil Ify.

“Kalo di sini sih, belum pernah tuh.” Kata Ify polos. “Elo udah sering ya, de? “ Ditatapnya dea dengan pandangan innocent-nya yang selalu menggemaskan hati para cowok.

“Bukan sering lagi. Segala macam gaya kissing udah gue praktekin. “ sahut dea
cuek membuat Ify melongo ora mudeng.

“Emang, ada berapa gaya kissing?” tanyanya blo’on.

“Buanyak! Ntar, elo juga ngerti sendiri kalo udah ngalamin rasanya di kiss ” dea tersenyum penuh arti.

“Kok, Rio gak pernah nge-kiss gue, ya? Apa dia gak sayang sama gue? ” tanya Ify nyaris tak terdengar. Dipandanginya dea, jealous. Pasti dea udah ‘kenyang’ di kiss sama alvin, boy friendnya yang orang Amrik itu.

“Elo mau di kiss sama Rio?” tanya dea kemudian. Ify mengangguk malu. Pipinya memerah.

“Ya ampun, fy! Belum di kiss aja muka lo udah pinky gitu. Gimana kalo udah di kiss beneran? Merah darah kali, yee?” dea tersenyum geli melihat sobatnya yang lugu, rada pemalu, pendiam dan pemaaf itu. “Sini gue kasih tahu caranya “ Ujarnya lalu berbisik di telinga Ify.

Berulang kali Ify menghela nafas. Hatinya resah. Matanya menyimpan gelisah. Disibaknya rambut panjangnya yang indah. Diliuk-liukkannya bibir ranumnya yang berlapis lipstik merah meriah. Terasa lengket dan basah. Sebenarnya, Ify tak suka warna lipstik yang terlalu ‘wah’. Tapi, kata dea, warna lipstik ini menggoda dan mengundang. Entah apa yang digoda dan diundang. Ify tak terlalu paham. Dia hanya percaya, dengan memakai lipstik ini Rio akan mencium bibirnya. Oh, bayangkan! Ciuman pertama yang akan ia rasakan dari orang yang sangat dicintai.

“What’s up, honey? Kok, duduknya gelisah begitu? Mau pipis ya?” Tanya Rio
sambil menutup Daftar Menu. Ditatapnya Ify sekilas lalu melambaikan tangan pada seorang waitress yang berdiri tak jauh dari meja mereka. “Mbak, saya pesan chicken steak dan lemon tea. Dan, untuk teman saya….Honey, what do you want?” Rio memandang Ify yang sedang menunduk membaca Daftar Menu tapi pikirannya melayang tak tentu arah.

“Salad dan sup aja. Minumnya, juice strawberry.” sahut Ify tak berselera.

“Hey, are you getting on a diet? Kamu sudah langsing kok. “ Rio tersenyum lembut. “Aku gak mau kamu sakit gara-gara diet lho. “ Jemari Rio menggenggam tangan Ify.

“Enggak…aku….gak sedang diet kok. Cuma….lagi gak nafsu makan aja.” Ify mendegut ludah. Duh, gimana mau makan? Kalo yang ada dibenaknya saat ini adalah…. Ups! Pipi Ify langsung merah. Untung, lampu di resto ini tidak terlalu benderang. If not, pastilah Rio akan melihat keanehan di pipi Ify.

“Mungkin kamu kecapean. Jadi, gak pengen makan. Belajarnya SKS sih. Sistem Kebut Semalam. Waktu aku kuliah dulu, biarpun gak ada ujian aku tetap rajin belajar. So, begitu ada ujian, aku nyante aja.” Rio menasihati. Huh, sok tua! Mentang-mentang umurnya lebih tua 6 tahun. Bukannya merhatiin nih bibir gue yang berkilau sensual, eh…malah ngasih petuah. Ugh! Sebel deh! Ify ngomel dalam hati.
***
“Masa? Dia gak merasa aneh sedikitpun ngeliat lipstik kinclong elo?” tanya dea tak percaya. Ify menggeleng lesu.

“Wah, jangan-jangan dia buta warna.” dea berkata asal. Ify mendelik.

“Gak mungkin! Dia sering kok muji gue cakep kalo pake baju warna pink. “

“Yah, buta warna kan macam-macam. Ada yang buta sama satu warna tapi sama warna lainnya enggak. Nah, si Rio pasti buta warna merah terang. Bukan warna pink. “

“Jangan ngelantur deh. Sekarang, elo punya cara lain gak?”

“Gak…..eh, punya deh! dea gitu lho! Mana pernah kehabisan akal!” dea mengedipkan matanya yang berbulu lentik aduhai itu.

Malam sudah cukup larut. Bulan seiris timbul tenggelam di antara pohon-pohon yang menjulang. Sebuah sedan warna silver berhenti di depan rumah Ify. Rio turun dari sedan itu dan membukakan pintu mobil bagi penumpang yang duduk di sebelahnya. “Kita sudah sampai, tuan putri….” Katanya sambil mengulurkan tangan kanannya dengan santun. Ify tersenyum. Disambutnya uluran tangan Rio. Rio menggenggam tangan Ify mesra. Diantarkannya sang kekasih sampai di depan pintu pagar rumahnya.

“Sampai besok ya ….” Rio menyibak poni rambut Ify yang berantakan tertiup angin malam. Ify mengangguk, kecewa. Harapannya pupus. Untuk ke sekian kalinya, dia tak berhasil mendapatkan ciuman pertamanya. Padahal, di bioskop tadi - saat layar menayangkan adegan romantis - Ify sudah beraksi. Menyandarkan kepalanya di dada Rio. Menggenggam lembut tangannya. Tapi….Rio hanya merengkuh bahunya. Membelai-belai rambutnya. Huh! Jangan-jangan, Rio emang gak cinta nih sama gue. Batin Ify, kesal.

“Kenapa? Kok, keliatan bete gitu? Masih gak mau pisah sama aku, ya? ” Rio tersenyum.

“Ah, gak kok. Ge-er amat sih. Udah ya, aku ngantuk nih. “ Suara Ify agak ketus. Dibalikkannya tubuh semampainya, siap masuk ke dalam rumah.

“Eeeh…tunggu dulu dong! “ Rio menarik tangan Ify lembut. Dengan enggan tapi deg-degan, Ify berdiri berhadapan dengan Rio. Is it the time? My first kiss. Hmm, jadi gak sabar deh!

“Ciuman selamat malamnya, mana?” Rio menyodorkan pipinya.
***

Ify menguap panjang. Aduh, rese banget sih! Pagi-pagi begini Rio sudah berkunjung. Ganggu orang tidur aja. Kangen sih kangen tapi apa gak bisa nunggu agak siang sedikit? Ini kan hari Minggu. Waktunya bobo sampai siang.

“Halo, puteri tidur! Enak banget sih bobonya. Mimpi ketemu aku, ya?” Rio menyapa Ify yang baru keluar dari kamarnya dengan langkah sempoyongan, mata belekan, rambut awul-awulan dan mulut bau naga.

“Ada apa sih? Aku masih ngantuk neh.” Ify melempar tubuhnya ke sofa panjang. Matanya terpejam seketika siap melanjutkan tidurnya.

“Duuh, cewek kok hobi bangun siang sih? Ini sudah jam 7, honey. Gimana mau nyiapin sarapan buat aku kalo bangunnya aja siang gini.” Rio menghampiri Ify.

“Emang, aku pembantumu? Mesti nyiapin sarapan segala?” Ify ngomel dengan suara kantuknya.

“Kamu memang bukan pembantuku. Tapi kamu bakal jadi isteriku. Soooo….”

“So, what? Langsung aja deh, mau ngapain pagi-pagi ke sini?” Tukas Ify jutek
tanpa membuka matanya sedikitpun. Oh, I really want to sleep.

“I just wanna…..” Sepasang tangan kokoh mengangkat kepala Ify, lembut. Menyibak rambutnya mesra. Ify membuka matanya, bibirnya ingin ngomel tapi bibir maskulin Rio telah mengusap bibirnya dengan lembut. Kantuk yang menggayut di mata Ify raib seketika. Gadis itu melotot kaget. Jantungnya berdebar riuh. Angin puting beliung menghantam dirinya. Tubuhnya mengejang sesaat sebelum lemas mendadak. Semakin lemas dan tak bertenaga saat ciuman Rio semakin mesra dan berirama. Sangat menghanyutkan. Dan, tanpa disadari - seolah mendapat energi - kedua tangan Ify terangkat. Merengkuh leher Rio dan bibirnya pun bereaksi. Membalas ciuman Rio dengan hangat. Hmm…untung, mama dan bik Sum lagi ke pasar. Kalo enggak…tak tahulah awak ni!

“Happy Birthday, honey….” Bisik Rio dengan mata penuh cinta saat bibir mereka saling memisahkan diri. Ify tersipu. Dirabanya bibirnya. Akh, kehangatan bibir Rio dan rasa mint dari mulutnya masih melekat. Well, ternyata kissing itu mengasyikkan (meskipun diantara bau jigong dan mata belekan), tapi…duh, kenapa tadi gue ngebalas ciuman Rio, ya? Bikin malu aja deh… Batinnya sebel. Senang betul, maksudnya.

“Kenapa? Mau nambah lagi?” Goda Rio, tersenyum geli melihat pipi Ify yang merah bak kepiting goreng.

“Iiih, apaan sih!” Ify mencubit pinggang Rio. Rio tertawa. Sepasang tangannya menangkup wajah mungil Ify.

“Kamu suka kado ultahku tadi?” tanyanya lembut. Ify mengangguk malu-malu.

“Sudah lama aku ingin ngasih kado spesial kayak tadi. Tapi…aku berusaha menahannya. Aku ingin memberikannya saat kamu ultah yang ke 20. Biar lebih berkesan gitu.” Jemari Rio mengusap pipi Ify.

“Kamu tahu gak, Rio….. Tadinya, aku pikir kamu gak cinta aku soalnya….kamu gak pernah nge kiss aku.” Ujar Ify jujur. Mendengar pengakuan Ify, Rio tersenyum. Akh, betapa lugunya gadis ini. Tapi, justru keluguannya yang bikin aku semakin mengasihinya, bisik hati Rio.

“Honey, rasa cinta gak selalu harus diungkapkan dengan kissing. Apalah artinya sebuah ciuman? For example, seorang wanita nakal dan seorang lelaki hidung belang bisa melakukan kissing anytime, bahkan making love. Tapi apakah mereka saling mencintai? Belum tentu ‘kan? So, jangan pernah lagi meragukan cintaku, sebab yang terpenting adalah hati yang tulus dalam mencintai. “ Tutur Rio bijak membuat Ify merasa sebagai wanita yang paling beruntung di dunia.

“Thanks ya, Rio…I’m so happy, “ Bisik Ify.

“You mean…happy for the kiss? ” Rio mengedipkan mata.

“Rioooo!!” Ify menggebuk bahu Rio, gemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar